Pengertian
Intra Uterine Fetal Death (IUFD)
adalah:kematian janin dalam rahim pada usia kehamilan > 20 minggu dan berat
janin > 500 gram
Intra
Uterin Fetal Death (IUFD) adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum terjadi
proses persalinan pada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau BB janin lebih
dari 1000 gram. ( Kamus istilah kebidanan)
2.2
Klasifikasi
Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:
1. Golongan I: kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu penuh
2. Golongan II: kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu
3. Golongan III: kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal death)
4. Golongan IV: kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di atas
Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:
1. Golongan I: kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu penuh
2. Golongan II: kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu
3. Golongan III: kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal death)
4. Golongan IV: kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di atas
Manifestasi
Klinis
• DJJ tidak terdengar
• Uterus tidak membesar, fundus uteri turun
• Pergerakan anak tidak teraba lagi oleh pemeriksa
• Palpasi anak menjadi tidak jelas
• Reaksi biologis menjadi negatif setelah anak mati kurang lebih 10 hari
● Bila janin yang mati tertahan 5 minggu atau lebih, kemungkinan Hypofibrinogenemia 25%.
• DJJ tidak terdengar
• Uterus tidak membesar, fundus uteri turun
• Pergerakan anak tidak teraba lagi oleh pemeriksa
• Palpasi anak menjadi tidak jelas
• Reaksi biologis menjadi negatif setelah anak mati kurang lebih 10 hari
● Bila janin yang mati tertahan 5 minggu atau lebih, kemungkinan Hypofibrinogenemia 25%.
Faktor
Resiko
1. Status sosial ekonomi rendah
2. Tingkat pendidikan ibu yang rendah
3. Usia ibu >30 tahun atau <20 tahun
4. Partias pertama dan partias kelima atau lebih
5. Kehamilan tanpa pengawasan antenatal
6. Kehamilan tanpa riwayat pengawasan kesehatan ibu yang inadekuat
7. Riwayat kehamilan dengan komplikasi medik atau obstetrik
1. Status sosial ekonomi rendah
2. Tingkat pendidikan ibu yang rendah
3. Usia ibu >30 tahun atau <20 tahun
4. Partias pertama dan partias kelima atau lebih
5. Kehamilan tanpa pengawasan antenatal
6. Kehamilan tanpa riwayat pengawasan kesehatan ibu yang inadekuat
7. Riwayat kehamilan dengan komplikasi medik atau obstetrik
patofisiologi
Patologi
Bila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan- perubahan sebagai berikut :
1. Rigor mostis (tegang mati)
Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali.
2. Stadium maserasi I
Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernih tapi kemudian menjadi merah. Stadium ini berlangsung 48 jam setelah mati.
3. Stadium maserasi II
Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat, stadium ini berlangsung 48 jam setelah anak mati.
4. Stadium maserasi III
Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin sangat lemas, hubungan antara tulang-tulang sangat longgar dan terdapat oedem dibawah kulit.
• Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak diobati.
Bila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan- perubahan sebagai berikut :
1. Rigor mostis (tegang mati)
Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali.
2. Stadium maserasi I
Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernih tapi kemudian menjadi merah. Stadium ini berlangsung 48 jam setelah mati.
3. Stadium maserasi II
Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat, stadium ini berlangsung 48 jam setelah anak mati.
4. Stadium maserasi III
Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin sangat lemas, hubungan antara tulang-tulang sangat longgar dan terdapat oedem dibawah kulit.
• Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak diobati.
Diagnosa
a.
Anamnesis
- Ibu tidak merasakan gerakan jnin dalam beberapa hari atau gerakan janin sangat berkurang
- Ibu merasakan perutnya bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya.
- Ibu belakangan ini merasa perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan
- Penurunan berat badan
- Perubahan pada payudara atau nafsu makan
b. Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi
- tidak kelhiatan gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus
- Penurunan atau terhentinya peningkatan bobot berat badan ibu
- Terhentinya perubahan payudara
• Palpasi
- Tinggi fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan ; tdak teraba gerakan- gerakan janin
- Dengan palpasi yang teliti dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.
• Auskultasi
- baik memakai stetoskop monoral maupun doptone tidak akan terdengan denyut jantung janin
c. Pemeriksaan Lab
- reaksi biologis negative setelah 10 hari janin mati
- hipofibrinogenemia setelah 4-5 minggu janin mati
d. Pemeriksaan Tambahan
- Ultrasound: - gerak anak tidak ada
- denyut jantung anak tidak ada
- tampak bekuan darah pada ruang jantung janin
- Ibu tidak merasakan gerakan jnin dalam beberapa hari atau gerakan janin sangat berkurang
- Ibu merasakan perutnya bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya.
- Ibu belakangan ini merasa perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan
- Penurunan berat badan
- Perubahan pada payudara atau nafsu makan
b. Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi
- tidak kelhiatan gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus
- Penurunan atau terhentinya peningkatan bobot berat badan ibu
- Terhentinya perubahan payudara
• Palpasi
- Tinggi fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan ; tdak teraba gerakan- gerakan janin
- Dengan palpasi yang teliti dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.
• Auskultasi
- baik memakai stetoskop monoral maupun doptone tidak akan terdengan denyut jantung janin
c. Pemeriksaan Lab
- reaksi biologis negative setelah 10 hari janin mati
- hipofibrinogenemia setelah 4-5 minggu janin mati
d. Pemeriksaan Tambahan
- Ultrasound: - gerak anak tidak ada
- denyut jantung anak tidak ada
- tampak bekuan darah pada ruang jantung janin
- X-Ray :
1. Spalding¡’s sign (+) : tulang-tulang tengkorak janin saling tumpah tindih, pencairan otak dapat menyebabkan overlapping tulang tengkorak.
2. Nanjouk¡’s sign (+) : tulang punggung janin sangat melengkung
3. Robert¡’s sign (+) : tampak gelembung-gelembung gas pada pembuluh darah besar. Tanda ini ditemui setelah janin mati paling kurang 12 jam
4. Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin
komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada
ibu hamil dengan IUFD dapat terjadi bila janin yang sudah meninggal tidak
segera dilahirkan lebih dari 2 minggu.akan tetapi,kasus janin yang meninggal
dan tetap berada dirahim ibu lebih dari 2 minggu sangat jarang terjadi hal ini
dikrenakan biasanya tubuh ibu sendiri akan melakukan penolakan bila janin
mati,seingga timbullah proses persalinan adapun komplikasi yang mungkin terjadi
adalah sebagai berikut:
1. Disseminated
intravascular coagulation (DIC),yaitu adanya perubahan pada proses pembekuan
darah yang dapat menyebabkan perdarahan atau internal bleeding zat.zat pembekuan
darahh atau fibrinogen bisa turun dan menyebabkan darah agak sulit membeku.bila
ini terjadi,akan berakibat fatal kala ibu melahirkan.jika fibrinogen rendah
(hipofibrinogenemia),maka perdarahan yang terjadi pada proses persalinan akan
sulit berhenti.bila terjadi fibrinogenemia bahayanya adalah perdarahan post
partum.terapi nya adalah dengan pemberian darah segar atau fibrinogen.
2. Infeksi
3. Koagulopati
maternal dapat terjadi walaupun ini jarang terjadi sebnelum 4-6 minggu setelah
kematian janin .oleh karena adanya komplikasi akibat IUFD maka janin yang telah
meninggal harus segera dilahirkan. proses kelahiran harus segera dilakukan
secara normal,karena bila melalui operasi akan terlalu merugikan ibu.operasi
hanya dilakukan jika ada halangan untuk melahirkan normal.
Misalnya
janin meninggal dalam posisi melintang atau karena ibu mengalami preeklamsia
(William,2009).
penatalaksanaannya
1. Periksa
Tanda Vital ibu
2. Ambil
darah untuk pemeriksaan darah perifer, fungsi pembekuan darah, golongan darah
ABO dan Rhesus.
3. Jelaskan
seluruh prosedur pemeriksaan dan hasilnya serta rencana tindakan yang akan
dilakukan kepada pasien dan
keluarganya. Bila belum ada kepastian sebab kematian, hindari memberikan
informasi yang tidak tepat.
- Dukungan
mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien selalu
didampingi oleh orang terdekanya. Yakinkan bahwa besar kemungkinan dapat lahir
pervaginam.
5 - Rencana
persalinan pervaginam dengan cara induksi maupun ekspektatif, perlu dibicarakan
dengan pasien dan keluarganya, sebelum keputusan diambil.
- Bila
pilihan adalah pada ekspektatif : Tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu,
yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi komplikasi .
7 - Bila
pilihan adalah manajemen aktif : induksi persalinan menggunakan oksitosin atau
misoprostol. Seksio sesarea merupakan pilihan misalnya pada letak lintang.
- Berikan
kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan berbagai
kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
9 Pemeriksaan
patologi plasenta akan mengungkapkan adanya patologi plasenta dan infeksi.
- Bila
disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim tidak usah terburu-buru
bertindak, sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3 minggu untuk mencari kepastian
diagnosis.
•
Biasanya selama masih menunggu ini 70-90 % akan terjadi persalinan yang spontan
● Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5 hari. Tanda-tandanya berupa overlapping tulang tengkorak, hiperfleksi columna vertebralis, gelembung udara didalam jantung dan edema scalp.
● Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5 hari. Tanda-tandanya berupa overlapping tulang tengkorak, hiperfleksi columna vertebralis, gelembung udara didalam jantung dan edema scalp.
●
USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan kematian
janin dimana gambarannya menunjukkan
janin tanpa tanda kehidupan, tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala
janin dan cairan ketuban berkurang.
●
Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien
selalu didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa kemungkinan besar
dapat lahir pervaginam.
●
Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif,
perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputusan diambil.
●
Bila pilihan penanganan adalah ekspektatif maka tunggu persalinan spontan hingga
2 minggu dan yakinkan bahwa 90 %
persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi
●
Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan
penanganan aktif.
● Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik yaitu
● Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik yaitu
-
Jika servik matang,lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin.
-
Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan prostaglandin atau
kateter foley, dengan catatan jangan lakukan amniotomi karena berisiko infeksi
-
Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternatif terakhir
●
Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan
serviks belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol:
-
Tempatkan mesoprostol 25 mcg dipuncak vagina, dapat diulang sesudah 6 jam
-
Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mcg misoprostol, naikkan dosis menjadi 50mcg
setiap 6 jam. Jangan berikan lebih
dari 50 mcg setiap kali dan jangan melebihi 4 dosis.
●
Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika untuk metritis.
●
Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah,
waspada koagulopati
● Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut
● Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut
●
Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi
plasenta dan infeksi
• Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu setelah diagnosis. Partus belum mulai maka wanita harus dirawat agar dapat dilakukan induksi persalinan
• Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu setelah diagnosis. Partus belum mulai maka wanita harus dirawat agar dapat dilakukan induksi persalinan
•
Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian esterogen untuk mengurangi efek
progesteron atau langsung dengan pemberian oksitosin drip dengan atau tanpa
amniotomi.
Penanganan terhadap
hasil konsepsi
Adalah
penting untuk menyarankan kepada pasien dan keluarganya bahwa bukanlah suatu emergensi
dari bayi yang sudah meninggal :
a. Jika
uterus tidak lebih dari 12 minggu kehamilan maka pengosongan uterus dilakukan
dengan kuret suction
b. Jika
ukuran uterus antara 12-28 minggu, dapat digunakan prostaglandin E2 vaginal
supositoria dimulai dengan dosis 10 mg,
c. Jika
kehamilan > 28 minggu dapat dilakukan induksi dengan oksitosin. Selama
periode menunggu diusahakan agar menjaga mental/psikis pasien yang sedang
berduka karena kematian janin dalam kandungannya.
Penanganan wanita dengan riwayat lahir mati.
Kematian janin adalah suatu kejadian
traumatik psikologik bagi wanita dan keluarganya. Radestat mendapatkan bahwa
interval yang lebih dari 24 jan sejak diagnosa kematian janin sampai induksi
persalinanberkaitan dengan ansietas berlebihan. Faktor lain yang berperan
adalah apabila wanita yang bersangkutan tidak melihat bayinya selama yang ia
inginkan dan apabila iatidak memiliki barang kenangan Dapat timbul kecemasan
pada ibu sampai gejala depresi dan gejala somatisasi yang dapat bertahan sampai
lebih dari 6 bulan. Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi meninggal, telah
lama dianggap memiliki resiko yang lebih besar mengalami gangguan hasil kehamilan
pada kehamilan berikutnya.
Beberapa penelitian menyebutkan kisaran
angka kekambuhan lahir mati antara 0 sampai 8 persen. Kematian janin sebelumnya
walaupun tidak semua lahir mati menyebabkan gangguan hasil pada kehamilan
berikutnya. Evaluasi prenatal pnting dilakukan untuk memastikan penyebab.
Apabila penyebab lahir mati terdahulu adalah kelainan karyotipe atau kausa
poligenik, pengambilan sample villus khorionik atau amniosintesis dapat
mempermudah deteksi dini dan memungkinkan dipertimbangkannya terminasi
kehamilan.
Pada diabetes, cukup banyak kematian
perinatal yang berkaitan dengan kelainan congenital. Pengendalian glikemik
intensif pada periode perikonsepsi dilaporkan menurunkan insiden malformasi dan
secara umum memperbaiki hasil.
Kesimpulan
IUFD (intra uterin fetal death)
merupakan kematian janin setelah 20 minggu atau kematian 28 minggu. Disebabkan
karena ibu mengindap penyakit endokrin, penyalit infeksi dan menular, trauma
saat hamil dan malnutrisi. Secara klinik kematian janin dicurigai bila pasien
melaporkan gerakan janin tidak ada. Penanganannya dapat dilakukan dengan
harapan dengan kewaspadaan, infuse oksitosin yang terkendali tiap hari makin
dibutuhkan untuk menginduksi persalinan.dan penanganannya dilalkukan sesuai
dengan kapan terjadinya IUFD.